Translate

Rabu, 23 April 2014

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA



SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA
KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA







Dosen Pengampu :
Arifin.S.Ag M.Ag
Disusun oleh :
Ahmad Putra W            (123 111 013)
Akbar Solikhin               (123 111 020)






PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2013



  1. PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah
 Harun Nasution membagi sejarah Islam menjadi tiga periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern Cikal bakal kekuasaan Islam di India bermula pada periode klasik yaitu pada masa Bani Umayyah dibawah kekuasaan khalifah Walid bin Abdul Malik, yaitu pada periode  705-715 M.
Pada periode pertengahan, muncul tiga kerajaan besar, yakni kerajaan Usmani di turki, kerajaan Shafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Kerajaan Mughal merupakan kerajaan termuda dari ketiga kerajaan tersebut, berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Shafawi di Persia.[1] Kerajaan Mughal membawa keharuman terhadap sejarah umat Islam, dimana pada saat itu segenap dunia Islam mengalami kemunduran. Kerajaan Mughal sempat membuat bangsa lain tercengang, umat lain menjadi segan karena kegagahan dan kegigihannya.
2.    Rumusan Masalah
a.       Bagaimana asal usul dinasti Safawi dan Mughal?
b.      Siapa pemimpin yang pernah berkuasa pada masa dinasti Safawi dan Mughal?
c.       Pada masa kepemimpinan siapa dinasti Safawi dan Mughal mengalami kemajuan?
d.      Faktor apa saja yang membuat dinasti Safawi dan Mughal mengalami kemunduran?
3.    Tujuan Pembahasan
a.       Menjelaskan asal usul dinasti Safawi dan Mughal.
b.      Menjelaskan pemimpin yang pernah berkuasa pada masa dinasti Safawi dan Mughal.
c.       Menjelaskan kemajuan dinasti Safawi dan Mughal mengalami kemajuan.
d.      Menjelaskan faktor kemunduran dinasti Safawi dan Mughal.
B.     PEMBAHASAN
1.    DINASTI SAFAWI
A. Asal- usul dan Perkembangan Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri sejak tahun 1503- 1722M. Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbajian Tarekat ini di beri nama tarekat syafawiyah, yang di ambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Syafawi terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama ini terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan,safi al-din berasal dari keturunan yang beda dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya.
Ia keturunan dari imam syiah yang ke enam musa al-kazim.gurunya bernama syaikh taj al-din Ibrahim zahidi yang terenal dengan sebutan zahid al-gilani.karena tinggi ilmu tasawufnya dan banyak prestasi yang di raih kemudian ia di jadikan menantu oleh gurunya tersebut, kemudian ia menggantikan gurunya setelah sepeninggal gurunya dan memimpin tarekat syafawiah, pada awalnya gerakan ini hanya bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang yang ahli bid’ah tarekat yang di pimpin safi al-din ini sangat berpengaruh besar terhadap ilmu keagamaan kususnya pada daerah syiria, Persia, Anatolia kemudian safi al-din menempatkan pemimpin di masing-masing daerah tersebut yang memimpin murid-mutridnya.[2]
Oleh karena itu, untuk tahap selanjutnya gerakan tarekat Syafawi yang beraliran Syi’ah ini menyatakan aliranya sebagai madzhab negara. Karena itu, gerakan tarekat ini di anggap sebagai peletak pertama dasar Negara Iran dewasa ini.
Dapat di pahami bahwa penggagas awal berdirinya Kerajaan Syafawi adalah Syekh Ishak Safiudddin yang semula hanya sebagai mursyid tarekat dengan tugas dakwah agar umat Islam secara murni berpegang teguh pada ajaran agama. Namun, pada tahun selanjutnya setelah memperoleh banyak pengikut fanatik akhirnya aliran tarekat ini berubah menjadi gerakan politik dan awal memperoleh kekuasaan secara konkret pada masa Junaid.
Silsilah masa kerajaan safawi:


(Sebelum terbentuk menjadi kekusaan kerajaan)
a.       Safi aldin
b.      Sadar al din musa
c.       Khawaja ali
d.      Ibrahim
e.       Juneid
f.       Haidar
g.      Ali
(Setelah menjadi sistim kerajaan)
a.       Ismail I
b.      Tahmasp I
c.       Ismail II
d.      Muhamad khudabanda
e.       Abbas I
f.       Safi mirza
g.      Abbas II
h.      Sulaiman
i.        Husein
j.        Tahmasp II
k.      Abbas III.

B. Kemajuan yang dicapai
Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas dibidang politik. Dibidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan- kemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Bidang Ekonomi
Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih- lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandar Abbas. Dengan di kuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa di perebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi pemilik kerajaan Safawi.
Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Forlite Crescent). 
b.    Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadapan tinggi dan berjasa mengembangakan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di masjid istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Al- Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan obervasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Selain itu dalam bidang hukum fiqih yang terkenal pada masa itu baharudi al-amili.saking citanya dengan ilmu,abbas I tidak segan mengadakan penyelidikan sendiri tentang ilmu-ilmu tersebut. Dalam bidang ini, Kerajan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua keajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.selain itu syah abbas I juga membangun lembaga pendidikan syiah,yaitu sekolah teologi dan juga mampu membiayai penerapan sistim pendidikan syiah.
c.    Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan- bangunan besar lagi indah seperti masjid- masjid,rumah- rumah sakit, sekolah- sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman- taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.
Di bidang seni, kemajuan Nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan- bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang di bangun tahun 1603M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, dan tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad. Kemudian pada masa abbas I berkembanglah kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat syair dan sebagainya, di antara pujangga yang terkenal pada masa itu, ialah muhamad baqir ibn muhamad yang juga ahli fisafah dan ilmu pasti.
d.   Bidang pemerintahan dan politik
Secara administrative, struktur organisasi pemerintahan dapat di bagi secara horizontal dan vertical, secara horizontal pembagian tersebut didasarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan. Sedangkan secara vertical mencangkup dua jenis,yaitu istana dan secretariat Negara, kemudian aktivitas penyelenggaraan Negara di percayakan pada amir yang terdiri atas kepala suku tingkat atas dan wazir yang tergantung dalam suatu dewan,di samping itu terdapat dewan lain yang berada dalam dewan tersebut yang terdiri atas sejarawan istana,sekretaris pribadi syah dan kepala intelejen.
Demikianlah, puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi. Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawan- lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupun tidak setaraf debgan kemajuan Islam dimasa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradapan islam melaui kemajuan- kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung- gedung bersejarah.

C.Sebab-sebab kemunduran Dinasti Safawi
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut- turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza ( 1628- 1642M), Abbas II (1642- 1667M), Suliaman (1667- 1694M), Husain (1694-1722M), Tahsasp II (1722-1732M), dan Abbas III (1733- 1736M). Pada masa raja- raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Diantara sebab- sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Ustmani. Bagi Kerajaan Ustmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama kemudian, Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakana tidak ada lagi perdamain antara dua kerajaan besar Islam itu.[3]
Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, di samping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem- haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga Sultan Husain.
Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghulam (budak- budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tiadak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
2.    Dinasti Mughal
Dinasti Islam Di India Sebelum Pendirian Dinasti Mughal
Sejak zaman Nabi SAW, India telah memiliki sejumlah pelabuhan sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi SAW. Oleh karena itu, dagang dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur, Cheraman Perumal, memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Tajuddin, dan ia sempat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Pada zaman Umar ibn Khatab, Mughirah berusaha menaklukan Sind, tapi usahanya gagal (246-644). Pada zaman Usman ibn Affan dan Ali ibn Thalib, dikirim utusan untuk mempelajari adat-istiadat dan jalan-jalan menuju India. Pada zaman Mu’awiyah I, Muhammad ibn Qasim berhasil menaklukan dan diangkat menjadi amir Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sind dan Punjab dipegang oleh Muhammad ibn Qasim setelah berhasil memadamkan perampokan-perampokan terhadap umat Islam disana. Karena pertikaian internal (antara al Hajjaj dan Sulaiman), dinasti ini melemah; dan ketika keadaan lemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.[4]
Pada zaman Al-Ma’mum (khalifah dinasti Bani Abbas), diangkat sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk diangkat menjadi amir adalah Asad ibn Saman utuk daerah Transoxsiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah Bani Abbas dalam menaklukan dinasti Safahari yang berpusat di Khurasan.[5]
Dinasty Samani (874-999) mengangkat Alpatigin menjadi amir di Khurasan. Alpatigin kemudian digantikan oleh anaknya, Ishak. Ishak dikudeta Baltigin; Baltiqin diganti oleh Firri; dan Firri dijatuhkan oleh Subuktigin. Subuktigin menguasai Gazna dan kemudian mendirikan dinasti Gaznawi (963-1191 M). Dinasty gaznawi ditaklukan oleh dinasti Guri (1191). Setelah meninggal, Muhammad Gurri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Guri tidak memiliki anak laki-laki). Quthbuddin Aibek menjadi sultan sejak tahun 1206 M. Sejak itu berdirilah kesultanan Delhi terdiri atas : a. Dinasti Mamluk di Delhi (1206-1290); b. Dinasti Khalji (1290-1320); c. Dinasti Tughluq (1320-1414 M); d. Dinasti Sayyed (1414-1451 M); dan e. Dinasti Lodi (1451-1526 M). [6]
C.    Asal usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke- 16 hingga abad ke- 19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol.[7]
Babur adalah nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, ia lahir pada hari Jum’at 24 Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi amir di Fergana, turunan lagsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk. Sedangkan ibunya berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan. Pada usia 11 tahun,  Babur kehilangan ayahnya dan sekaligus menggantikan kepemimpinan ayahnya dalam usia yang masih sangat muda. namun demikian ia sangat pemberani sehingga kelihatan lebih matang dari usianya. Dia mendapat latihan sejak dini, sehingga memungkinkannya untuk menjadi seorang pejuang dan penguasa besar.[8]
Ia berusaha menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting dia Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi, sehingga pada tahun 1494, Babur berhasil menaklukan kota Samarkand, dan pada dengan Tahun 1504 menaklukan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul Babur melanjutkan ekspansi ke India yang pada saat itu diperintah Ibrahim Lodi.
Ibrahim Lodi (cucu sultan lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya.[9] Ketika itu kewibawaan kesultanan sedang merosot, karena ketidak mampuannya memimpin, atas dasar itulah Alam Khan keluarga Lodi yang lain mencoba menggulingkannya  dengan meminta bantuan Zahiruddin Babur (1482-1530 M).
Permintaan itu langsung diterima oleh Babur dan bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan mendirikannya pemerintahannya.
Setelah mendirikan kerajaan Mughal, Babur berusaha memperkuat kedudukannya. Di pihak lain raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur dan di Afganistan, golongan yang setia pada keluarga Ibrahim Lodi mengangkat saudara kandung Ibrahim, Mahmud Lodi menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi bergabung dengan raja-raja Hindu tersebut. Kali ini berarti harus berhadapan dengan pasukan koalisi, namun Babur tetap dapat mengalahkan pasukan koalisi itu dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Akan tetapi ia tidak lama menikmati hasil perjuangannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun.[10] Setelah Babur meninggal, Zahirudin Babur digantikan oleh anaknya, Nashiruddin Humayun (1530-1539M) .
Humayun dalam menjalankan roda pemerintahanya banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa pemerintahanya negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj, dalam peperangan ini Humayun mengalami kekalahan.  Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia ia mengenal tradisi Syi’ah, bahkan sering dibujuk untuk memasukinya, begitu pula dengan anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun kekuatan militer yang telah hancur, dan berkat bantuan Syah Tahmasph yang memberikan pasukan militer sebanyak 14.000 tentara, maka pada tahun 1555, Humayun mencoba merebut kembali kekuasaannya dengan menyerbu Delhi yang pada saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia bisa menaklukan kota ini dan ia memerintah kembali pada tahun 1556 M.[11]
Kemudian Humayyun digantikan oleh anaknya, Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar. Lebih dikenal dengan sebutan Akbar, dilahirkan di Amarkot, 15 Oktober 1542 M. dan memerintah (1556-1605 M) dari usia 14 tahun. Akbar  sebagai wali sultan yang masih muda maka diangkatlah Bairam Khan. Bairam seorang yang cakap, namun bukan orang yang bijaksana.[12] Akbar adalah seorang laki-laki yang memiliki naluri kerajaan yang kuat ”seorang raja katanya, harus selalu sungguh-sunguh terhadap penaklukan; jika tidak, maka negeri tetangganyalah yang akan mengangkat senjata terhadapnya.  Prinsip tersebut membuat Akbar bertekad menjadi penguasa tertinggi di India yang tak dapat digugat.
Pada tahun 1605 M. Akbar meninggal dunia. Masa kepemimpinan Akbar adalah puncak kejayaan kerajaan Mughal, tidak hanya dalam bidang politik dan militer saja, tapi juga dibidang ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, administrasi, dan keagamaan. Kemajuan yang telah dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). tiga Sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya[13]
Berikut ini akan dirinci fase-fase pemerintahan Mughal :
a.    1526-1530 M dipimpin oleh Zahiruddin Muhammad Babur
b.    1530-1556 M dipimpin oleh Humayun
c.    1556-1605 M dipimpin oleh Akbar Syah I
d.   1605-1627 M dipimpin oleh Jahangir
e.    1627-1658 M dipimpin oleh Syah Jehan
f.     1658-1707 M dipimpin oleh Aurangzeb (Alamgir I)
g.    1707-1712 M dipimpin oleh Bahadur Syah I
h.    1712-1713 M dipimpin oleh Jihandar Syah
i.      1713-1719 M dipimpin oleh Farrukh Siyar
j.      1719-1748 M dipimpin oleh Muhammad Syah
k.    1748-1754 M dipimpin oleh Ahmad
l.      1754-1759 M dipimpin oleh Alamgir II
m.  1759-1806 M dipimpin oleh Alam II
n.    1806-1837 M dipimpin oleh Akbar II
o.    1837-1858 M dipimpin oleh Bahadur Syah II [14]

D.    Kemajuan Kerajaan Mughal
Kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar, keberhasilan Ekspansi Militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul dan Turkistan oleh pemerintahan kerajaan Mughal India.
Kita dapat merinci kemajuan-kemajuan kerajaan Mughal yang dicapai oleh masing-masing raja yang memiliki kemajuan masing-masing sebagai berikut:
1.    Politik dan Pemerintahan
a.        Akbar membentuk sitem pemerintahan militeristik. Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan). Sedang wilayah listrik dipercayakan kepada Faudjar (komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan kemiliteran.[15]
b.      Akbar juga menerapkan politik Sulukhul (toleransi universal). Politik ini mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukanya. Mereka tidak dapat dibedakan menurut etnis dan agama. Politik ini dapat menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam.[16]
c.       Untuk undang-undang kerajaan, Sultan Akbar membuat Din Ilahi yaitu suatu pandangan dan sikap keagamaan resmi kerajaan yaitu unsur-unsur agama Islam, Hindu, Persia Kristen dan sebagainya yang harus dianut oleh setiap orang.[17]
d.      Pada masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama dengan negara-negara Islam diluar India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta atau perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki Basrah, Yaman dan Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja Arbesinia.[18]
2.    Bidang ekonomi dan perdagangan
Untuk mengelola ekonomi pertanian pemerintah juga mengatur tentang organisasi pertanian. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat local, yang dinamakan muqaddam, yang mana kedudukannya dapat diwariskan, dia mempunyai tanggung jawab menyetorkan penghasilan untuk menghindari tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak kepemilikan tanah dan pewarisan, tetapi jika tidak loyal maka pejabat lokal berhak menyitanya.
3.    Bidang Pendidikan dan Iptek
Dalam bidang pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus untuk tempat pengajian ilmu, dia juga berusaha menarik simpati para ulama dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan.
4.    Bidang Seni dan Budaya
a.       Seni Budaya dan arsitektur puncaknya terjadi pada masa sultan Syah Jahan yang ditandai dengan berbagai karya budaya fisik, seperti karya arsitektur monumental Taj Mahal, yang merupakan bangunan indah, yang dimaksudkan sebagai tanda cinta kasihnya kepada istri tercinta Mumtaz Mahal. Taj Mahal juga salah satu keajaiban dunia dan merupakan lambang peradaban dan kebudayaan Islam masa Lampau di India. Selain itu juga Shah Jahan telah membangun Masjid Mutiara, Masjid Jami’ di Delhi, serta takhta Merak, yaitu singgasana yang dibuat dari emas, perak, intan, serta permata cemerlang.
b.      karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi menghasilkan karya besar  berjudul Padmavat, sebuah karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya bernamma Akbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya dan ia mensponsori ajaran Din Illahi, yaitu ajaran campuran berbagai unsur kepercayaan Hindu dan tasawuf dari unsur syi’ah.
5.         Kemunduran dan Kehancuran kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada dalam kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dicapai oleh pendahulu-pendahulunya. Kejayaan Mughal hilang dengan kematian Aurangzeb Satu persatu penguasa daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat di Delhi.
Pengganti Aurangzeb adalah Mu’azzam, setelah ia meninggal, tahta digantikan anaknya Azhim al-syah. Akan tetapi di tentang Zulkifar Khan, anak ‘Asad Khan (wazir Aurangzeb. Azaim al-syah meninggal tahun 1712 M. ia digantikan oleh anaknya Jihandar Syah, tetapi ia disingkirkan oleh adiknya sendiri Faruq Syah pada tahun 1713M. Jadi dalam dua tahun saja telah terjadi empat kali pergantian sultan.  Sehingga dapat dibayangkan bagaimana kondisi kerajaan Mughal saat itu.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat. Bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing disintegrasi mulai terjadi, satu persatu daerah kekuasaan Mughal mulai melepaskan diri. Keadaan ini diperparah lagi dengan datangnya ancaman baru yang lebih kuat, yaitu datangnya perusahaan Inggris (EIC) yang memiliki senjata modern melawan pemerintahan Mughal. Peperangan berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan melepaskan daerah Oudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris.
Pada saat tiga sultan berkuasa yaitu, Syah Alam, Akbar II dan Bahadur Syah, Inggris diberi kepercayaan untuk mengembangkan usahanya. Dengan jaminan memberikan fasilitas kehidupan Istana dan keluarganya.pada saat terjadinya krisis EIC mengalami kerugian dan Inggris pun mulai mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa tertekan, maka terjadilah pemberontakan rakyat dibawah pimpinan sultan Bahadur Syah pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam kepada pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, sultan Mughal terakhir diusir dari istana (1858 M). dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaaan kerajaan Mughal di India.
Ada beberapa factor yang menyebabkab kekuasaan kerajaan Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1.      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga tidak terampilnya dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2.      Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.      Kurang cakapnya pemerintahan Aurangzeb sehingga konflik antar agama terjadi sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
Semua sultan pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
  

KESIMPULAN

1.      Pendiri kerajaan Mughal adalah Zahirudin Muhammad Babur, berasal dari keturunan Timur Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 932 H/1526M. Di India corak pemerintahannya militeristik yang absolute.
2.      Kerajaan Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam bidang politik, militer, seni, dan juga dalam bidang ekonomi khususnya. Peninggalan yang dikenal sampai sekarang dari kerajaan Mughal (salah satu keajaiban dunia) Taj Mahal.
3.      Setelah Aurangzeb meninggal dunia kemunduran mulai menggerogoti kerajaan Mughal, para penggantinya pada umumnya lemah sehingga tidak dapat memulihkan kejayaan yang pernah dicapai oleh para pendahulunya. Kemunduran Mughal berlangsung terus-menerus sehingga sampailah kepada pintu gerbang kehancuran pada tahun 1858 M.
4.      Gaya hidup yang feodalistik dan penerapan syariat Islam yang dikehendaki pemerintahan Mughal menimbulkan reaksi keras dari umat hindu yang merupakan penduduk mayoritas.
5.      Penyerbuan aliansi Hindu-Sikh, penyerbuan Nadir Syah, Ahmad Duran dan kolonial Inggris merupakan pukulan berat bagi Mughal. Serbuan Inggris akhirnya mengakhiri kerajaan Mughal dengan segala kejayaannya.
6.      Kemajuan kerajaan safawi ini mencapai masa puncaknya pada masa kepemimpinan abbas I yang memerintah pada tahun1588M setelah raja kelima,dengan beberapa usahanya ia berhasil menyatukan kembali kerajaan safawi yang semula mengalami perpecahan,dan berhasil membuat kuet kerajaan tersebut sehingga dapat merebut kembali wilayah-wilayah yang hilang sebelunya selain itu kemajuan dalam hal yang lain juga berkembang seperti dalam bidang ekonomi,ilmu pengetahuan,pembangunan fisik dan seni,kemajuan yang di capai inilah yang membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar yang di segani oleh lawan-lawannya terutama dalam bidang politik dan militer.


DAFTAR PUSTAKA


            Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),

 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2000),

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985),

            Jaih mubarok, sejarah peradaban islam, (bandung: cv pustaka islamika, 2008),

Mahmud Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda Karya),

Tim Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth),


[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), jilid, h. 85

[2] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam dirasah islamiyah ii,(jakarta,PT Raja grafindo persada.2006) hal 138
3 Badri yatim,op,cit, hal 158                                
  
[4] Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2000), h. 145.
[5] Jaih mubarok, sejarah peradaban islam, (bandung: cv pustaka islamika, 2008), h. 241-242.
[6] Ibid, h. 242.
[7] Jaih mubarok, op.cit, h. 243
[8] Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth), h.281
[9] K. Ali , Sejarah Islam Tarikh Pramodern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 528-530.

[11]  Jaih mubarok, op.cit, h.243.
[12] Mahmud Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda Karya),h.300.
[13] Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 116
14  Badri Yatim, op.cit, h. 150.
[15] Badri Yatim, op.cit,h. 149
[16] K.Ali, op.cit, h. 534
[17] Tim Editor, op.cit,h.297
[18] Abu Su’ud, op.cit,h.118




 

1 komentar:

  1. Casino Nightclub | Atlantic City, NJ 08401 | Mapyro
    This bar & restaurant is located in the Atlantic City/New 경주 출장샵 Jersey Boardwalk. This 익산 출장마사지 bar and restaurant is located inside a 양주 출장샵 two-story 삼척 출장안마 building. It has 1,800 slot machines,  Rating: 서산 출장안마 4 · ‎6 reviews

    BalasHapus