MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam di
Sekolah/ Madrasah
Dosen
Pengampu: Arifinur, M. Pd. I
Oleh:
Agustina
Hanif Nur Pertiwi (123111010)
Alfiana
Syakirin (123111024)
Kelas
3B-PAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2013/2014
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M,
kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para
khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja,
pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan
Spanyol. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang
hingga Nusantara.
Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan
daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal
tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia datang ke
Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah asal
mereka. Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Selain berdagang,
para pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam
kepada penduduk lokal.
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang
di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di
massa media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia
adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam
masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke
daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis dalam makalah ini akan
membahas tentang proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia dengan
rumusan masalah berikut:
1. Bagaimanakah proses masuknya Islam
di Indonesia?
2. Bagaimanakah teori tentang masuknya
Islam di Indonesia?
3. Bagaimanakah cara penyebaran Islam
di Indonesia?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah di
atas dapat diperoleh tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui
proses masuknya Islam ke Indonesia
2. Mengetahui
teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
3. Mengetahui
penyebaran Islam di Indonesia
PEMBAHASAN
A.
Teori Masuk dan Berkembangnya Agama
Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama
Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:[1]
·
Teori Gujarat,
·
Teori Makkah. dan
·
Teori Persia.
Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang
permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku
penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
- Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama
Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat
(Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan
peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan
India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra
Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah
Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang
mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya
kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah
di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak
penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
- Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang
muncul sebagai sanggahan terhadap teori lamayaitu teori Gujarat. Teori Makkah
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di
pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan
pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak
abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut
aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan
gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah
Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan
bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia
terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses
penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
- Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar
teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura
atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung
oleh orang Syiah / Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut
dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan
bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut
Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam
sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik
Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Adanya perkampungan Leren/Leran di
Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini
yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya
masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori
tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai
pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang
peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat
(India).
B. Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di
Indonesia
- Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
·
Seminar masuknya
islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al
mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab
Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni
Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
·
Dari Harry W.
Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim
yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
·
Dari Gerini
dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa
kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun
606-699 M.
·
Prof. Sayed
Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization
of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum
muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
·
Prof. Sayed
Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun
674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
·
Prof. S.
muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya
dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum
Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin
Indonesia.
·
W.P. Groeneveld
dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources,
menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim
berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
·
T.W. Arnold
dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem
Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1
Hijriyah (Abad 7 M).
- Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya
sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik,
yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat
prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082).
- Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
ü Catatan
perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam
Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
ü K.F.H.
van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase
(mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
ü J.P.
Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk
Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke 13.
ü Beberapa
sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih
cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13,
berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.[2]
C.
Proses Awal
Penyebaran Islam di Indonesia
§ Ulama keliling menyebarkan agama
Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing- lambang budaya).
§ Pendidikan pesantren (ngasu
ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai
sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Proses masuk dan berkembangnya Islam
ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa
jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang
Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan
masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan
ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap,
atau mendirikan perkampungan seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan
Pekojan.
Dengan adanya perkampungan pedagang,
maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita
Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para
pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam.
Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk
menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing.
Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas
pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki hubungan komunikasi
“ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya
hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi
dan kemudian menjadi tulang punggung dalam dalam melawan kolonial.
Di samping penyebaran Islam melalui
saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian,
misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan
demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat
Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia
atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang,
mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan
mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan
sebutan Walisongo.
D. Cara-cara
Penyebaran Islam di Nusantara
Proses penyebaran Islam di Indonesia
berjalan secara damai. Hal ini terjadi karena penyebaran Islam di Nusantara
dilaksanakan melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat tanpa paksaan dan
kekerasan. Itulah penyebab utama agama Islam mudah diterima oleh masyarakat
Indonesia. Faktor lainnya adalah karena agama Islam mengajarkan persamaan
derajat dan martabat manusia, tidak membeda-bedakan baik jenis kelamin maupun
kedudukan. Uka Tjandra Sasmita, menyatakan bahwa proses masuknya Islam di
Indonesia dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut:
- PERDAGANGAN
Perdagangan adalah merupakan saluran
pertama proses Islamisasi di Indonesia. Pada Abad ke-7 M, bangsa Indonesia
kedatangan para pedagang dari Arab, Persia dan India. Mereka telah mengambil
bagian dari kegiatan perdagangan di Indonesia. Kenyataan itu, mengakibatkan
adanya jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dengan para pedagang
Islam. Para pedagang Islam tersebut adalah mereka yang datang dari Arab, Persia
dan India.
Kegiatan berdagang yang dilaksanakan
oleh umat Islam terjadi bukan hanya dengan masyarakat kelas bawah, melainkan
juga dengan para bangsawan dan raja. Selama melakukan kegiatan dagang, para
pedagang Muslim juga melakukan kegiatan dakwah. Dakwah ini sangat efektif,
karena dakwah itu kemudian diteruskan oleh pedagang Indonesia yang telah masuk
Islam, ketika mereka berdagang ke tempat lain. Sasmita menyatakan bahwa banyak
di antara para pedagang Islam yang kemudian tinggal menetap di daerah-daerah
pesisir di pulau Jawa dan Sumatera.
- PERKAWINAN
Pedagang pada saat itu merupakan
orang yang dihormati dan memiliki kedudukan yang tinggi di tengah-tengah
masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan penduduk pribumi menginginkan untuk
menikahkan putri-putrinya dengan para pedagang tersebut, dengan terlebih dahulu
mereka diislamkan. Cara ini merupakan langkah efektif, karena dengan pernikahan
ini akan terlahir seorang anak yang muslim juga. Harapan lainnya, dengan
pernikahan akan terbentuk masyarakat sehingga suatu saat dapat terbentuk kerajaan
dan pemerintahan Islam.
Beberapa contoh peristiwa pernikahan
antara pedagang Islam dengan penduduk pribumi adalah perkawinan Raden Rakhmat
atau Sunan Ampel dengan Nya Manila, perkawinan Sunan Gunung Djati dengan putri
Kawungaten, perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang bergama
Islam yang kemudian berputra Raden Patah yang menjadi Raja Demak.
- POLITIK
Islamisasi melalui jalur politik dilakukan secara
berkesinambungan antara penguasa dan pemerintahan. Setelah penguasa atau raja
masuk Islam, hampir dapat dipastikan bahwa rakyatnya juga masuk Islam. Misalnya
yang terjadi di Maluku dan Sulawesi. Hal itu terjadi karena masyarakat memiliki
kepatuhan yang tinggi terhadap pemerintah, dan seorang raja akan menjadi
panutan bahkan menjadi contoh bagi rakyatnya.
Di Jawa proses perkaninan para wali dan juru dakwah dengan
putri-putri keturunan kerajaan, membuat status dakwah dan penyebaran Islam
mendapatkan perlindungan dan berkembang lebih cepat. Setelah raja dan rakyat
memeluk Islam, kepentingan politik dilakukan dengan cara perluasan wilayah
kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. Misalnya Sultan Demak
yang mengirimkan pasukan di bawah komandi Fatahillah untuk menguasai wilayah
Jawa Barat dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
- PENDIDIKAN
Jalur pendidikan merupakan media yang efektif dalam proses
Islamisasi di Indonesia. Islamisasi bentuk ini dilakukan melalui pendidikan
pesantren oleh para guru agama, kiyai dan ulama. Setelah santri selesai
belajar, mereka kembali ke masyarakat untuk ikut membantu menyebarkan Islam,
bahkan banyak diantara para santri itu kemudian mendirikan dan memiliki pondok
pesantren sendiri.
Tujuan pendidikan di pondok pesantren adalah untuk
mempermudah penyebaran dan pemahaman agama Islam. Beberapa contoh pesantren
perintis penyebaran Islam seperti pesantren yang didirikan oleh Raden Rakhmat
di Ample Denta-Surabaya, Pesantren Sunan Giti di Giri. Santri yang belajar di
pesantren tersebut bukan hanya berasal dari lingkungan sekitar, akan tetapi
banyak yang datang dari jauh bahkan dari luar pulau jawa semisal Kalimantan,
Maluku, Makasar dan Sumatera.
- TASAWUF
Para sufi mengajarkan tasawuf yang
diramu dengan ajaran yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Seorang sufi
biasa dikenal dengan gaya hidup yang penuh kesederhanaan. Seorang sufi biasa
menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakat.
Para sufi terbiasa membantu
masyarakat, diantara mereka ada yang ahli dalam menyembuhkan penyakit. Selain
itu juga aktif menyiarkan dan mengajarkan ajaran Islam. Diantara para sufi itu
yang melakukan islamisasi dengan pendekatan tasawuf adalah Hamzah Fansuri dari
Aceh dan Ki Ageng Pengging di Jawa.
- KESENIAN
Kegiatan Islamisasi lewat jalur kesenian yang paling
terkenal adalah dengan cara mengadakan pertunjukan seni gamelan dan wayang.
Cara ini banyak ditemukan di kawasan Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan lainnya.
Seni gamelan banyak digemari masyarakat Jawa. Hal itu tentu mengundang
masyarakat untuk berkumpul dan selanjutnya dilaksanakan dakwah Islam.
Seni wayang adalah kesenian yang memiliki banyak penggemar
pada saat itu. Dengan mengemas cerita wayang, para ulama menyisipkan ajaran
Islam ke dalamnya sehingga masyarakat dapat dengan mudah menangkap dan memahami
ajaran Islam. Contohnya pertunjukan wayang yang dilaskanakan oleh Sunan
Kalijaga, dimana dalam pertunjukannya masyarakat dapat menonton dengan karcis
membaca dua kalimat syahadat.
Kesenian lainnya yang juga berkembang dan menjadi jalur
dalam penyebaran Islam adalah seni bangunan, seni rupa (kaligrafi), seni tarik
suara, permainan anak-anak dan sebagainya.
- DAKWAH
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat
berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga.
Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam melalui
metode dakwah.
Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai
manusia-manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar
biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan perebutan
kekuasaan di Demak dan Sunan Giri pun besar pengaruhnya dalam kekuasaan politik
di Hitu. Gelar sunan yang mereka sandang menunjukkan bahwa kedudukan mereka dapat
disejajarkan dengan raja. Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali
sanga) itu sebagai berikut:
1.
Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan di Ampel
(Surabaya).
2.
Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik.
3.
Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
4.
Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu,
Lawas.
5.
Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan Ampel.
6.
Sunan Kudus.
7.
Sunan Muria ,makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung
Muria.
8.
Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid adalah
menantu Sunan Gunung Jati di Cirebon. Akan tetapi, Sunan Kalijaga menolak untuk
tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di
Kadilangu, Demak.
9.
Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara
perempuan Sultan Trenggana (Demak),kemudian berhasil menaklukkan Cirebon dan
Banten. Makamnya terletak di Gunung Jati sebelah utara Cirebon.[3]
Selain beberapa cara di atas, ada beberapa faktor yang
menjadi sebab kenapa Islam mudah berkembang di tanah air, yaitu:
Ø Agama Islam bersifat terbuka
sehingga penyiaran dan pengajaran agama Islam dapat dilakukan oleh setiap orang
Islam;
Ø Penyebaran agama Islam dilakukan
dengan cara damai;
Ø Islam tidak mengenal diskriminasi
dan tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat;
Ø Perayaan-perayaan dalam agama Islam
dilakukan dengan sederhana;
Ø Dalam Islam dikenal adanya kewajiban
bagi orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat. Zakat ini bertujuan untuk
menciptakan kesetaraan dan kepedulian hidup di masyarakat.[4]
- PENGOBATAN
Pengobatan menjadi salah satu cara para ulama dalam
menyebarkan islam kepada masyarakat Indonesia. Hal ini tidak hanya dilakukan
kepada msyarakat awam pedesaan tetapi juga kepada para bangsawan bahkan raja
dan keluarganya. Beberapa raja dan keluarganya pun masuk Islam setelah diobati
oleh para ulama, yang kemudian diikuti oleh rakyatnya.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan,
bahwa terdapat beberapa teori tentang masuknya Islam di Indonesia, yaitu Teori
Gujarat, teori Mekkah dan teori Persia. Masing-masing teori di atas didukung
oleh data-data yang otentik oleh para sejarawan. Adapun mengenai cara ulama
dalam menyebarkan Islam adalah dengan beberapa cara, di antaranya perdagangan,
pendidikan, pernikahan, kesenian dan pengobatan.
Beberapa pendapat tentang awal
masuknya Islam di Indonesia yaitu:
- Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7
- Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-11
- Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13
Adapun para wali yang berjumlah
sembilan (wali sanga) itu sebagai berikut: Sunan Ampel atau Raden Rahmat, Malik Ibrahim atau
Maulana Maghribi, Sunan Giri atau Raden Paku, Sunan Drajat, Sunan Bonang atau
Makdum Ibrahim, Sunan Kudus,
Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati.
Ada beberapa faktor yang menjadi sebab kenapa Islam mudah
berkembang di tanah air, yaitu:
Ø Agama Islam bersifat terbuka
sehingga penyiaran dan pengajaran agama Islam dapat dilakukan oleh setiap orang
Islam;
Ø Penyebaran agama Islam dilakukan
dengan cara damai;
Ø Islam tidak mengenal diskriminasi
dan tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat;
Ø Perayaan-perayaan dalam agama Islam
dilakukan dengan sederhana;
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mansur Suryanegara, 1996, Menemukan Sejarah, Jakarta: Cahaya Gemilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar