Translate

Rabu, 23 April 2014

MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN



MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN
GERLACH AND ELY


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Perencanaan Sistem Pembelajaran  PAI
Dosen pengampu : Imam Makruf, S.Ag, M.Pd
Disusun oleh:


Adistya Iriana P          (123111004)   Alifi Maulana L           (123111025)
Afifurrahman              (123111006)   Anna Mutho Haroh     (123111040)
Agustina Hanif N P    (123111010)   Annisa W                     (123111045)
Akbar Solikhin             (123111020)   Muhammad Muchlis    (123111287)




PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SURAKARTA
2013



PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang berhubungan satu dengan lain. Komponen tersebut meliputi tujuan/kompetensi, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau menentukan pendektan dan model pembelajaran.
Penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika Serikat sejak tahun 1950-an. Perintis penelitian model pembelajaran di Amerika Serikat ialah Marc Belth penelitian tentang kegiatan pembelajaran adalah berusaha menemukan model pembelajaran. Model-model yang ditemukan dapat diubah dan diuji kembali dan dikembangkan. Selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.[1]
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar. Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar.[2]


PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dll. Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.”
Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu:
1.      Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2.      Landasan pemikiran tenteang apa dan bagaimana siswa belajar
3.      Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
4.      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.[3]






B.       MODEL DESAIN PEMBELAJARAN GERLACH AND ELY
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur seperti berikut ini:
            Description: ELY_01.gif
C.      UNSUR-UNSUR DALAM DESAIN INSTRUKSIONAL YANG DIKEMBANGKAN OLEH GERLACH DAN ELY
Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan secara grafis, suatu metode perencanaan pembelajaran yang sistematis. Model ini merupakan suatu garis pedoman/suatu peta perjalanan dan hendaknya digunakan sebagai checklist dalam membuat sebuah rencana untuk kegiatan pembelajaran. Komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely:
1.    Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai. Petunjuk merumuskan tujuan pembelajaran:
a.    Formulasikan dalam bentuk yang operasional
b.    Rumuskan dalam produk belajar
c.    Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru
d.   Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukan dengan jelas tingkah laku yang dituju
e.    Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar
f.     Rumuskan tujuan dalam tingkat keluasan yang sesuai
g.    Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki
h.    Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.[4]
2.    Menentukan isi materi (specification of content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya.Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3.    Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial. Pengumpulan data siswa dilakukan dengan dua cara:
a.    Pretest. Dilakukan untuk mengetahui student achievement, yaitu apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui tentang rencana pokok bahasan yang akan diajarkan.
b.    Mengumpulkan data pribadi siswa untuk mengukur potensi siswa dan mengelompokannya ke daalam kategori siapa-siapa yang termasuk fast learners dan siapa-siapa yang termasuk slow learners.
4.    Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya.
Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.
5.    Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas. Beberapa cara untuk mengelompokan siswa:
a.       Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa
b.      Pengelompokan campuran
c.       Gabungan beberapa kelas
d.      Sekolah dalam sekolah
e.       Taman kependidikan


6.    Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
7.    Menentukan ruang (Allocation of space)
Alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antar siswa atau mendengarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar. Ada tiga alternative ruangan belajar:
a.       Ruangan-ruangan kelompok besar
b.      Ruangan-ruangan kelompok kecil
c.       Ruangan untuk belajar mandiri
8.    Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati.Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) manusia dan  benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dan (e) media display.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihana prioritas pengadaan media pendidikan:
-       Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif
-       Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif
-       Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif[5]

9.    Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)
Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan media instruksional. Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada akhir kegiatan instruksional.Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi.Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.
  1. Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini.Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.[6]
D.      KEKURANGAN DAN KELEBIHAN MODEL GERLACH AND ELY
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
a.     Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
b.    Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
a.    Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
b.    Pretest dalam model Gerlach and Ely merupakan tahapan yang cukup dipandang penting karena guru belum mengenal karakteristik siswa
c.    Cocok digunakan untuk segala kalangan. Menurut Rusman model ini cocok digunakan di segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, sebab dalam model ini :
1)      Terdapat penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan.
2)      Menetapkan pemakaian teknologi pendidikan sebagai media dalam penyampaian materi.
3)      Adanya upaya untuk menggambarkan secara grafis, suatu metode perencanaan yang sistematis.
4)      Merupakan suatu garis pedoman atau peta perjalanan yang hendaknya digunakan sebagai checklist dalam membuat sebuah rencana pembelajaran.
5)      Memperlihatkan keseluruhan PBM yang baik sekalipun tidak menggambarkan perincian setiap komponen.
6)      Memperlihatkan hubungan antara elemen yang satu elemen lainnya.
7)      Menyajikan suatu pola urutn yang dapat dikembangkan ke dalam suatu rencana kegiatan pembelajaran.[7]








PENUTUP
KESIMPULAN

Desain pembelajaran sebagai proses menurut Gerlach dan Ely adalah  pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis
Model pembelajaran Gerlach dan Ely dikembangkan berdasarkan sepuluh unsure yaitu :
1.      Spesifikasi isi pokok bahasan
2.      Spesifikasi tujuan pembelajaran.
3.      Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa.
4.      Penentuan cara pendekatan, metode, dan tehnik mengajar.
5.      Pengelompokan siswa.
6.      Penyediaan waktu.
7.      Pengaturan ruangan.
8.      Pemilihan media/sumber belajar.
9.      Evaluasi
10.  Analisis umpan balik.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
  1. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
  2. Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
  1. Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
  2. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa

DAFTAR PUSTAKA
Harjanto,2005, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, Cetakan ke-4.
Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo persada, Cetakan ke-4
Trianto, 2011, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,  Cetakan ke-4





[1] Dr. Rusman, M.Pd, Pendekatan dan Model Pembelajaran.
[3] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cetakan ke-4), hal. 22-23
[4] Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2011, Cetakan ke-4), hal. 157.
[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, Cetakan ke-4), hal.238.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar