MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN
GERLACH AND ELY
Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Perencanaan Sistem Pembelajaran PAI
Dosen pengampu : Imam Makruf, S.Ag,
M.Pd
Disusun oleh:
Adistya Iriana P (123111004) Alifi Maulana L (123111025)
Afifurrahman (123111006) Anna Mutho Haroh (123111040)
Agustina Hanif N P (123111010) Annisa W (123111045)
Akbar Solikhin (123111020)
Muhammad Muchlis (123111287)
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN
SURAKARTA
2013
PENDAHULUAN
Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang berhubungan
satu dengan lain. Komponen tersebut meliputi tujuan/kompetensi, materi, metode,
dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh
guru dalam memilih atau menentukan pendektan dan model pembelajaran.
Penelitian
tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika
Serikat sejak tahun 1950-an. Perintis penelitian model pembelajaran di Amerika
Serikat ialah Marc Belth penelitian tentang kegiatan pembelajaran adalah
berusaha menemukan model pembelajaran. Model-model yang ditemukan dapat diubah
dan diuji kembali dan dikembangkan. Selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.[1]
Model
pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang
sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan
pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap
komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang
satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar. Model yang dikembangkan oleh
Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar.[2]
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dll.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.”
Model pengajaran
mempunyai empat ciri khusus, yaitu:
1. Rasional
teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan
pemikiran tenteang apa dan bagaimana siswa belajar
3. Tingkah
laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil
4. Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.[3]
B. MODEL DESAIN PEMBELAJARAN GERLACH AND ELY
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971)
dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem
instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur seperti berikut ini:
C. UNSUR-UNSUR DALAM DESAIN INSTRUKSIONAL YANG
DIKEMBANGKAN OLEH GERLACH DAN ELY
Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan
secara grafis, suatu metode perencanaan pembelajaran yang sistematis. Model ini
merupakan suatu garis pedoman/suatu peta perjalanan dan hendaknya digunakan
sebagai checklist dalam membuat sebuah rencana untuk kegiatan pembelajaran.
Komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely:
1.
Merumuskan
tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan
instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada
tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat jelas
(tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan
dinilai. Petunjuk merumuskan tujuan pembelajaran:
a. Formulasikan
dalam bentuk yang operasional
b. Rumuskan
dalam produk belajar
c. Rumuskan
dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru
d. Rumuskan
sedemikian rupa sehingga menunjukan dengan jelas tingkah laku yang dituju
e. Usahakan
hanya mengandung satu tujuan belajar
f. Rumuskan
tujuan dalam tingkat keluasan yang sesuai
g. Rumuskan
kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki
h. Cantumkan
standar tingkah laku yang dapat diterima.[4]
2.
Menentukan isi
materi (specification of content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari
kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan
rinciannya.Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan
kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan
materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat
lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3.
Menurut
kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Kemampuan
awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan
awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang
tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.Pengetahuan tentang
kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan,
misalnya apakah perlu persiapan remedial. Pengumpulan data siswa dilakukan
dengan dua cara:
a. Pretest. Dilakukan untuk
mengetahui student achievement, yaitu apa yang sudah diketahui dan apa
yang belum diketahui tentang rencana pokok bahasan yang akan diajarkan.
b. Mengumpulkan
data pribadi siswa untuk mengukur potensi siswa dan mengelompokannya ke daalam
kategori siapa-siapa yang termasuk fast learners dan siapa-siapa yang
termasuk slow learners.
4. Menentukan
teknik dan strategi (Determination of strategy)
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan
pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih
sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus
menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan
sebaik-baiknya.
Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah
berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah
tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk
penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses
belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini
merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi
instruksional.
5. Pengelompokan
belajar (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar
harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan
yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study)
memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan
banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk
mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas. Beberapa cara untuk mengelompokan
siswa:
a. Pengelompokan
berdasarkan jumlah siswa
b. Pengelompokan
campuran
c. Gabungan
beberapa kelas
d. Sekolah
dalam sekolah
e. Taman
kependidikan
6. Menentukan
pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok
yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan
penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan
untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara
individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut
pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok
yang lebih kecil.
7. Menentukan
ruang (Allocation of space)
Alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah
tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri
dan bebas, berinteraksi antar siswa atau mendengarkan penjelasan dan bertatap muka
dengan pengajar. Ada tiga alternative ruangan belajar:
a. Ruangan-ruangan
kelompok besar
b. Ruangan-ruangan
kelompok kecil
c. Ruangan
untuk belajar mandiri
8. Memilih
media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa
yang disepakati.Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan
belajar. Gerlach dan Ely mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima
katergori, yaitu: (a) manusia dan benda
nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dan (e)
media display.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap
pemilihana prioritas pengadaan media pendidikan:
- Relevansi
pengadaan media pendidikan edukatif
- Kelayakan
pengadaan media pendidikan edukatif
- Kemudahan
pengadaan media pendidikan edukatif[5]
9. Mengevaluasi
hasil belajar (evaluation of performance)
Kegiatan
belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan
media instruksional. Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada
akhir kegiatan instruksional.Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di
atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar
tersebut dievaluasi.Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan
dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif. Oleh sebab
itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa
yang terukur dan dapat diamati.
- Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Analisis
umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional
ini.Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun
tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah
sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional tersebut
sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.[6]
D. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN MODEL GERLACH AND ELY
Kekurangan model pengembangan desain instruksional
pembelajaran Gerlach dan Ely:
a. Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
b. Tidak
adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
Kelebihan model pengembangan desain instruksional
pembelajaran Gerlach dan Ely:
a. Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
b. Pretest dalam model Gerlach and
Ely merupakan tahapan yang cukup dipandang penting karena guru belum mengenal
karakteristik siswa
c. Cocok
digunakan untuk segala kalangan. Menurut Rusman model ini cocok digunakan di
segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, sebab dalam model ini
:
1) Terdapat
penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima
materi yang disampaikan.
2) Menetapkan
pemakaian teknologi pendidikan sebagai media dalam penyampaian materi.
3) Adanya
upaya untuk menggambarkan secara grafis, suatu metode perencanaan yang
sistematis.
4) Merupakan
suatu garis pedoman atau peta perjalanan yang hendaknya digunakan sebagai
checklist dalam membuat sebuah rencana pembelajaran.
5) Memperlihatkan
keseluruhan PBM yang baik sekalipun tidak menggambarkan perincian setiap
komponen.
6) Memperlihatkan
hubungan antara elemen yang satu elemen lainnya.
7) Menyajikan
suatu pola urutn yang dapat dikembangkan ke dalam suatu rencana kegiatan
pembelajaran.[7]
PENUTUP
KESIMPULAN
Desain pembelajaran sebagai proses menurut Gerlach dan Ely adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa
penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis
Model pembelajaran
Gerlach dan Ely dikembangkan berdasarkan sepuluh unsure yaitu :
1. Spesifikasi
isi pokok bahasan
2. Spesifikasi
tujuan pembelajaran.
3. Pengumpulan
dan penyaringan data tentang siswa.
4. Penentuan
cara pendekatan, metode, dan tehnik mengajar.
5. Pengelompokan
siswa.
6. Penyediaan
waktu.
7. Pengaturan
ruangan.
8. Pemilihan
media/sumber belajar.
9. Evaluasi
10. Analisis
umpan balik.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional
pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
- Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional
pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
- Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
DAFTAR
PUSTAKA
Harjanto,2005, Perencanaan
Pengajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, Cetakan ke-4.
Rusman, 2011, Model-Model
Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo persada, Cetakan ke-4
Trianto, 2011, Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cetakan ke-4
[1] Dr. Rusman, M.Pd, Pendekatan
dan Model Pembelajaran.
[3] Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011, Cetakan ke-4), hal. 22-23
[4] Rusman, Model-Model
Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2011, Cetakan ke-4), hal.
157.
[5] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, Cetakan ke-4), hal.238.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar